Selasa, 29 November 2011

Aku Bukan Untukmu

Dahulu kau mencintaiku
dahulu kau menginginkanku
meskipun tak pernah ada jawabku tak berniat kau tinggalkan aku

sekarang kau pergi menjauh
sekarang kau tinggalkan aku
disaat ku mulai mengharapkanmu
dan kumohon maafkan aku :(

aku menyesal telah membuatmu menangis
dan biarkan memilih yang lain
tapi jangan pernah kau dustai takdirmu pasti itu terbaik untukmu

janganlah lagi kau mengingatku kembali
AKU BUKANLAH UNTUKMU
meski ku memohon dan meminta hatimu jangan pernah tinggalkan dirinya UNTUK DIRIKU :)

DEMI CINTA

Maaf  ku telah menyakitimu
Ku telah kecewakanmu
Bahkan ku sia-siakan hidupku,
Dan kubawa kau seperti diriku

Walau hati ini t'rus menangis
Menahan kesakitan ini
Tapi ku lakukan semua demi cinta

Akhirnya juga harus ku relakan kehilangan cinta sejatiku
Segalanya t'lah ku berikan
Juga semua kekuranganku

Jika memang ini yang terbaik
Untuk diriku dan dirinya
Kan ku t'rima semua demi cinta

Jujur, aku tak kuasa,
Saat terakhir ku genggam tanganmu
Namun yang pasti terjadi,
Kita mungkin tak bersama lagi
Bila nanti esok hari
Ku temukan dirimu bahagia
Ijinkan aku titipkan kisah cinta kita selamanya :D


Kecantikan Wanita :)

Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakan, bukan pada bentuk tubuh, atau cara dia menyisir rambutnya.

Kecantikan wanita terdapat pada mata, cara dia memandang dunia. Karena di matanya terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, di mana cinta dapat berkembang.

Kecantikan wanita bukan pada kehalusan wajah. Tetapi pada kecantikan yang murni, terpancar pada jiwanya, yang dengan penuh kasih memberikan perhatian dan cinta dia berikan. Dan kecantikan itu akan tumbuh sepanjang waktu.

Kecantikan wanita ada pada sikap lembutnya, yang terpancar dari keihlasan hati dalam merawat dan menjaga keluarga "Wanita yang cantik Adalah Wanita yang bisa menjaga harga dirinya"

Tahukah kamu?

Kau tak mengerti betapa khawatirnya aku, mungkin sama khawatirnya saat dirimu menganggapku berselingkuh, tapi sungguh sayang aku tak begitu, aku mengerti mengapa kini kau jauh berbeda dengan yang kukenal dulu, karna kau kini merasa jenuh dengan semua keterbatasanku, karna aku tak sebanding dengan mantan mantanmu dulu, kau tak pernah mengerti kala aku katakan "buat ini lebih berarti", aku sedang menangis kasih, sungguh karna aku khawatir. 

Optimisme untuk diri sendiri

Orang yang  HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan dan Ketenangan. Mereka dibentuk melalui Ke'sukaran, tantangan dan air mata. Ketika engkau mengalami sesuatu yang sangat berat dan merasa di tinggalkan sendiri dalam hidup ini, angkatlah Tangan dan KepalaMU ke Atas, dan TATAP Lah masa depanMU, KetahuiLah TUHAN sedang mempersiapkan MU untuk menjadi ORANG YANG LUAR BIASA !!

Motivasi Dalam Berorganisasi


“Setiap orang melakukan sesuatu tentu ada satu atau beberapa hal yang ingin didapatkan. Meski ada juga yang melakukan sesuatu tanpa keinginan, ini hanya sebagian kecil. Ada pengorbanan yang dikeluarkan, ada pula hasil yang ingin dicapai, begitu juga sebaliknya.”

Di Organisasi juga berlaku demikian. Mungkin seseorang yang bergabung dalam sebuah organisasi akan mengorbankan waktunya, tenaganya, pikirannya, materinya yang dimilikinya, bahkan ada yang mengorbankan nyawanya untuk sebuah organisasi. Mengapa demikian? Karena ada yang dituju dan hasil yang diharapkan.
Terlibat aktif dalam organisasi akan mengembangkan kemampuan dan kapasitas pribadi seseorang. Telah terbukti baik secara ilmiah maupun secara realita dikehidupan sehari-hari, orang-orang yang matang dalam organisasi lebih unggul dibandingkan mereka yang diam saja.
Nah, apa saja yang akan didapatkan seseorang dalam Organisasi? Tentu apa yang didapatkan masing-masing orang tidak sama. Tergantung dari keaktifannya di organisasi, tergantung dari tujuan awalnya, tergantung dari lingkungan bermainnya, dan tergantung faktor-faktor lain.
Secara umum kita akan menginventarisasi apa saja yang didapatkan kebanyakan orang di Organisasi..!! Simak berikut ini :

1. Kemampuan menyelesaikan masalah
Hal ini salah satu nilai tambah yang didapatkan seseorang dengan aktif di organisasi. Perbedaan yang jelas akan terlihat ketika dua orang dibandingkan. Satu siswa  terbiasa menyelesaikan masalah-masalah di organisasi, satu lagi siswa yang terbiasa diam dikamar, kutu buku, tak pernah bergaul.
Siswa yang terbiasa di organisasi cenderung tidak shock ketika mendapatkan masalah, menanggapi dengan lebih tenang karena dia telah terbiasa. Sementara siswa yang tak terbiasa merasa tidak percaya diri, dan akhirnya kebingungan.
Siswa yang suka membaca tanpa pernah terlibat dalam organisasi umumnya jarang mempraktekkan apa yang dibacanya. Merasa kurang percaya diri dan tidak terbiasa. Sementara mereka yang terbiasa dalam organisasi telah tertempa oleh berbagai macam latihan menyelesaikan masalah. Mulai dari masalah kecil, sampai masalah yang lebih besar

2. Kemampuan menentukan pilihan terbaik dan menentukan prioritas
Pilihan untuk berorganisasi secara maksimal sendiri adalah pilihan yang berat. Mereka yang aktif berkecimpung dalam dunia organisasi biasanya berhadapapan dengan banyak masalah yang harus segera diselesaikan.
Terkadang masalah muncul seperti hujan deras, sangat banyak dan butuh penyelesaian secepatnya. Disinilah satu lagi kita temukan keunggulan orang yang terbiasa berorganisasi. Diantara sekian banyak masalah itu, yang mana yang harus didahulukan? Yang mana harus segera diselesaikan, yang mana bisa ditunda penyelesaiannya?
Latihan-latihan dalam dunia organisasi untuk menyelesaikan masalah umumnya sangat sering. Masalah bisa dicari, bahkan biasanya datang sendiri. Nah, semakin sering menyelesaikan masalah ini, maka intuisi untuk menentukan prioritas akan semakin terasah.
Mereka yang aktif di organisasi dilatih untuk pandai memilah masalah. Mana masalah sangat penting, mana masalah yang sudah dikejar deadline, mana masalah tidak terlalu penting, mana masalah yang dapat diselesaikan suatu saat nanti. Semakin lama dan semakin banyak masalah yang berhasil disortir, maka kemampuan ini akan semakin tertempa.

3. Teman, kolega, sahabat, partner
Banyak orang yang menjadikan poin nomor tiga ini sebagai tujuannya berorganisasi. Bahkan tidak dapat dipungkiri, poin tiga ini adalah salah satu buah manisnya dunia organisasi. Salah satu yang paling banyak menarik orang untuk terlibat aktif di organisasi.
Organisasi adalah wadah orang berinteraksi beradu pemikiran, menyampaikan ide-ide, berkomunikasi satu sama lain agar maksud yang ingin disampaikan dapat diterima oleh anggota organisasi yang lain.
Intensitas diskusi, sharing, komunikasi inilah yang nantinya akan memunculkan ikatan pertemanan, ikatan emosional, persahabatan dll.
Dalam organisasi juga biasanya banyak tugas yang tak bisa diselesaikan sendiri. Disini seseorang harus bisa bekerja dalam sebuah tim. Artinya harus bisa berinteraksi dengan yang lain agar tujuan dari organisasi tercapai
Banyak pertemanan dan persahabatan akrab berawal dari organisasi. Banyak rekanan yang cocok, partner yang pas di kemudian hari dimulai dari kedekatannya di satu organisasi tertentu.

4. Koneksi (konektivitas), jejaring sosial (Sosial Network), Jejaring kerja (Job Network)
Poin nomor empat ini juga salah satu yang menarik banyak orang untuk berorganisasi. Aktif berorganisasi, artinya punya kesempatan mendapat banyak teman, punya kesempatan mengenal banyak orang, punya kesempatan berinteraksi dengan berbagai lembaga (misalnya sponsor, rekanan, dsb)
Dari interaksi-interaksi itulah orang yang berorganisasi dapat mengumpulkan jaringan dan koneksinya. Pertemanan yang baik saja dapat menjadi sebuah koneksi yang bagus di kemudian hari.
Orang yang punya kemampuan komunikasi bagus dalam organisasi biasanya punya banyak kenalan. Punya teman dimana-mana. Punya kenalan di perusahaan A, di perusahaan B, dll. Kemudian hari, kenalan-kenalan ini dapat dijadikan sebuah jaringan yang berguna untuk karier dll.

5. Keahlian Spesifik
Poin nomor lima ini sering dijadikan bahan tulisan, dasar yang menjadi intisari dari tujuan orang berorganisasi. Berbicara keahlian, sangat banyak cakupannya. Banyak kemampuan bisa disebut keahlian. Dan untungnya, keahlian spesifik dalam organisasi  ini tidak didapatkan di materi kuliah.
Keahlian spesifik yang dimaksud menjurus pada suatu keahlian khusus. Dan pendalamannya harus dengan latihan yang terus menerus. Di Organisasi pecinta alam misalnya, seseorang akan diajari, dilatih untuk ahli dalam ilmu Navigasi, Mounteneering, Climbing, dan sebagainya, tergantung bidang yang diambil dalam Organisasi pecinta Alam tersebut
Di sub divisi HUMAS (Hubungan masyarakat) misalnya, seseorang akan lebih fokus pada masalah yang berhubungan langsung dengan masyarakatan, public relation, dll
Seorang yang aktif di organisasi-organisasi tertentu bisa saja menjadi ahli di bidangnya. Banyak bidang-bidang dalam sebuah organisasi khusus membutuhkan orang yang benar-benar ahli. Nah, untuk mendapatkan anggota yang ahli itu, biasanya suatu organisasi mempunyai cara sendiri-sendiri.

6. Uang/Materi
Oops. Jangan berpikir negatif dulu. Hal ini kedengarannya tidak enak ditelinga kawan-kawan yang punya idealis dan integritas dalam berorganisasi. Tapi, realita menunjukkan hal ini memang ada
Jika kita berbicara di organisasi non komersial, memang sebaiknya uang tidak menjadi tujuan dalam organisasi. Menjadikan uang sebagai tujuan masuk organisasi “dikatakan” oleh banyak orang sebagai tujuan yang tidak baik. Kurang etis.
Namun tak mustahil, ada juga percikan materi yang bisa kamu dapatkan jika profesional mengelola organisasi semacam ini. Misalnya organisasi siswa, organisasi kemahasiswaan, organisasi massa, lembaga swadaya masyarakat, dll.
Buruknya, banyak organisasi yang berlabel kemanusiaan, nirlaba, dll malah secara terselubung mengeruk keuntungan dari kegiatan organisasinya. Hal ini terjadi karena penggerak organisasinya tentu menjadikan uang/materi sebagai tujuan.
Nah, meski dalam organisasi nirlaba uang bukanlah tujuan, tapi banyak juga anggotanya yang menggunakan proyek-proyek organisasi untuk mencari uang. Istilah yang biasa digunakan yaitu “Ngobyek“.
Cara yang digunakan kebanyakan adalah memanfaatkan selisih harga (mark up). Misalnya ada proyek pengadaan seragam. Si A dapat tugas untuk memesan seragam tersebut. Di Konveksi X si A dapat harga 10.000 per pcs, di konveksi Y si A dapat 8.000 per pcs, jumlah pesanan ada 1000 pcs. Lumayan kan, dengan memesan di konveksi Y, si A dapat mengantongi paling kecil 400.000 rupiah
Ada yang bilang, mencari uang dalam organisasi nirlaba sah-sah saja. Ada yang bilang hal tersebut tidak etis. Semua tergantung dari yang menjalaninya. Baik dan buruk hanya penilaian seseorang. Hati nurani lah yang sebenarnya dapat mengontrol perbuatan kita.

7. Jabatan-posisi-kekuasaan
Dalam organisasi ada jabatan-jabatan strategis dan bergengsi. Banyak sekali orang-orang ambisius yang menjadikan jabatan dan kekuasaan ini sebagai tujuannya berorganisasi. Ada yang mengakuinya secara terang-terangan, ada yang menyembunyikannya dalam lubuk hati.
Dengan sebuah jabatan di organisasi, terutama jabatan yang tinggi. Tentu seseorang akan punya kekuasaan-kewenangan lebih besar dari lainnya yang hanya anggota biasa
Biasanya posisi-posisi ketua, pemimpin, direktur, dan posisi teratas lainnya banyak menjadi incaran orang. Namun ada juga yang secara sengaja tidak mengincar posisi tertinggi. Namun malah menyasar posisi tertentu sesuai fungsinya. Barangkali orang seperti ini sudah terobsesi, atau memang murni ingin belajar di posisi tersebut

8. Popularitas
Salah satu yang paling menarik minat orang untuk berorganisasi adalah ingin dikenal orang lain. Dalam bahasa kerennya disebut popuparitas, atau menjadi populer.
Banyak dikenal orang, dimana saja memang menyenangkan. Terasa seperti selebriti barangkali. Ini sah-sah saja untuk dijadikan motivasi dan penyemangat dalam berorganisasi. Lagipula, sebenarnya orang yang aktif di organisasi akan menjadi populis dengan sendirinya tanpa perlu digembar-gemborkan
Tentu saja, bukan diri seseorang saja yang dapat membuatnya populer. Bagaimana kinerjanya selama di organisasi? Apa saja yang dia lakukan untuk organisasi? ini menjadi penilaian tersendiri bagi banyak orang
Bersambung dengan jabatan dan kekuasaan, popularitas adalah salah satu buntut dari jabatan. Semakin tinggi jabatan seseorang dalam dunia organisasi, memungkinkan dia untuk semakin dikenal lebih banyak orang, dibanding mereka yang berada dalam posisi rendah
Namun tak semua organisasi menganut sistem semacam ini. Ada juga organisasi yang ketuanya bahkan tidak dikenal banyak orang. Bahkan terkesan disembunyikan.

9. Latihan-belajar untuk mampu berbicara-menyampaikan pendapat, ide, dan gagasan pada orang lain
Banyak orang yang punya ide cemerlang, tapi ragu untuk menyampaikan kepada orang lain. Biasanya terbentur oleh rasa percaya diri yang belum cukup, atau kemampuan berbicara-menyampaikan pendapat yang dirasa masih kurang
Di organisasi, kamu punya kesempatan yang luas untuk belajar bicara. Mulai dari forum-forum kecil, sampai forum yang melibatkan ratusan, bahkan ribuan orang.
Mulai dengan tata bahasa yang kacau balau, sampai akhirnya kamu bisa mengutarakan pendapat, ide, dan gagasan kamu dalam bahasa yang elegan. Di organisasi lah tempatnya kamu akan ditempa.
Pada saat pertama kali berbicara didepan khalayak ramai, barangkali kamu merasa tidak percaya diri, kaki gemetar, bahkan sampai berkeringat dingin dengan jantung dag dig dug.
Kamu sanksi pada diri sendiri. Dalam hati timbul pertanyaan, apakah yang saya sampaikan dimengerti orang lain? apakah bahasa yang saya gunakan sudah tepat sehingga dapat dimengerti orang lain.
Di organisasi, kamu akan dilatih, belajar terus menerus, sampai akhirnya percaya dirimu menjadi tinggi, sehingga semua keraguan itu sirna dari pikiranmu. Dan akhirnya kamu pun mampu untuk tampil kedepan, mengutarakan gagasan brilianmu.

10. Latihan dan belajar sendiri cara berdiplomasi, bernegosiasi, melobi, atau mempengaruhi orang lain secara persuasif
Ini adalah soft skill yang langka. Tidak semua orang bisa melakukannya. Pendekatan persuasif cenderung lebih efektif dalam menyelesaikan masalah. Walaupun prosesnya butuh kesabaran dan perhitungan yang cermat
Tidak melulu masalah dapat diselesaikan dengan fisik, adu otot, senjata dan sebagainya. Kadang perlu ada pendekatan-pendekatan yang lebih halus. Ingat, perjuangan bersenjata saja takkan membuat Indonesia merdeka.
Untuk masalah-masalah yang serius dan sensitif, sedikit saja melakukan kesalahan, akan fatal akibatnya kedepan. Bayangkan, masalah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cara negosiasi tapi malah di selesaikan secara fisik, mubazir bukan?
Tentu saja kerugian materi dan tenaga dapat diminimalisir dengan cara pendekatan persuasif.
Di Organisasi, teknik bernegosiasi, diplomasi dan lobi dapat dipelajari secara otodidak. Kamu dapat mempraktekkan langsung suatu konsep/pendekatan yang sudah kamu rancang.
Seiring berjalannya waktu dan seringnya kamu menerapkan cara negosiasi yang baik, maka kamu akan semakin matang. Terkadang jika terjadi suatu masalah yang melibatkan lebih dari satu pihak, kesuksesan suatu kegiatan, atau suatu rencana sangat bergantung pada suksesnya negosiasi.
Banyak negosiator yang menjadi penentu kesuksesan suatu rencana. Namun biasanya mereka bekerja di belakang layar. Tidak muncul di permukaan

11. Kemampuan admisistrasi, struktural, prosedural
Poin ini adalah kemampuan dasar yang akan didapatkan seandainya seseorang mau terlibat aktif dalam organisasi. Kemampuan administrasi seperti surat menyurat misalnya, memang terkesan enteng. Namun pada momen tertentu, masalah enteng ini dapat saja menjadi penghambat jika diabaikan
Di Organisasi, kamu akan melihat dan merasakan langsung bagaimana berhadapan dengan struktur-struktur dalam organisasi, bagaimana berhadapan dengan prosedur-prosedur baku dalam organisasi, bagaimana pengurusan dan pengelolaan administrasi dalam suatu organisasi.
Hal ini tidak hanya berlaku untuk organisasi yang kamu ikuti, tetapi juga organisasi yang menjadi partner/rekanan dari organisasimu. Bukankah kamu dapat mengintip langsung dan belajar banyak darinya?

12. Belajar menjadi pemimpin-memimpin sebuah tim
Ini erat kaitannya dengan jabatan. Jika jabatan adalah posisi struktural, maka pemimpin adalah posisi operasional. Ketua organisasi sudah jelas akan merasakan hal ini. Tapi tak tertutup kemungkinan untuk belajar memimpin bagi pejabat-pejabat dibawahnya.
Menjadi ketua dalam sebuah organisasi belum tentu menjadi pemimpinnya. Ada juga organisasi yang menempatkan seseorang dalam posisi ketua, namun itu hanya jabatan formal. Ada seseorang yang lain lagi yang mengontrol gerak organisasi tersebut, inilah yang dimaksud dengan pemimpin
Dalam organisasi, biasanya masih menganut “primus interpares“, siapa yang memiliki kecakapan paling bagus, dialah yang dianggap pemimpin oleh organisasi tersebut.
Selain itu, dalam sebuah organisasi seringkali dibentuk tim-tim kecil untuk menyelesaikan masalah secara fokus. Tim ini akan dipimpin oleh satu orang atau lebih. Nah, disinilah pintu untuk belajar memimpin terbuka lebar
Meski setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, namun belum tentu dia bisa menjadi pemimpin bagi orang lain disekitarnya. Di Organisasilah salah satu tempat untuk mengasah jiwa kepemimpinan ini menjadi semakin matang.

13. Kemampuan untuk memahami karakter orang lain
Bertemu, berkomunikasi, dan berdiskusi dengan banyak orang dalam sebuah organisasi, maupun lintas organisasi, perlahan kamu akan mempelajari berbagai karakter manusia.
Di organisasi, dimana anggotanya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, punya tujuan pribadi yang tidak sama juga misalnya, pemahaman terhadap karakter seseorang menjadi sangat penting.
Memahami karakter sangat berkaitan dengan masalah kepemimpinan. Seorang pemimpin dituntut mampu memahami karakter yang dipimpinnya. Dengan mengetahui karakter inilah kemudian pemimpin dapat mengetahui kecenderungan sikap, atau reaksi anggotanya.
Dengan mengetahui karakter, kemudian pemimpin dapat mengambil langkah preventif (pencegahan) seandainya terjadi suatu masalah dalam tubuh organisasi, maupun dalam hubungannya dengan dunia luar

14. Kemampuan untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
Ada banyak ide yang muncul dari beragam kepala manusia dalam sebuah organisasi. Menyatukan gagasan itu menjadi sebuah keputusan bersama bukanlah hal yang mudah, meski itu adalah sesuatu yang sangat mungkin
Dalam diskusi misalnya, ada banyak pendapat yang dikeluarkan oleh masing-masing anggota. Tapi hanya satu atau dua yang akan dijadikan keputusan organisasi. Disini kamu akan belajar bagaimana menerima pendapat orang lain yang lebih baik, ataupun yang disepakati oleh sebagian besar anggota lain
Pendapat yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut orang lain. Di Organisasi lah kita akan dilatih menghadapi banyak ide. Menerima atau menolak adalah urusan pribadi kita. Tetapi, seburuk apapun sebuah gagasan, kita harus menghargainya.
Jika pendapat itu baik, maka kita terima. Jika pendapat itu buruk, maka kita tolak dengan dasar-dasar yang benar (logis, rasional, empiris, faktual) dan lebih dapat diterima orang lain.
Banyaknya diskusi dalam sebuah organisasi akan melatih masing-masing anggotanya untuk menghargai pendapat/gagasan anggota lain. Sebab, meski ada seribu gagasan, tetap yang terbaiklah yang harus dijadikan keputusan, dan kita harus dapat menerima jika seandainya pendapat kita tidak disepakati oleh orang lain

15. Kemampuan untuk berkorban-mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
Berikut ini bukan kisah sebenarnya, tapi saya rekayasa untuk menggambarkan poin diatas, mari kita simak :
Misalkan :
“Ir. Soekarno dan Dr Moh Hatta hanya memikirkan kepentingan pribadi (anggaplah popularitas, atau “cari nama”) pada saat menandatangai teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga (dengan kesepakatan mereka berdua) di teks itu mereka tulis “Atas nama Soekarno-Hatta”  bukan “Atas nama bangsa Indonesia”
Kira-kira apa yang akan terjadi? Bisa saja teks proklamasi itu tidak dianggap mewakili “Bangsa Indonesia” kan? Bisa saja Jepang, atau Belanda mengklaim bahwa proklamasi itu hanyalah pernyataan sektarian, bukan atas nama Bangsa Indonesia secara keseluruhan. Mungkin saja”
Atau misalkan lagi :
“Para pejuang, para pahlawan yang telah gugur melawan penjajah dulu memilih berkompromi dengan Penjajah (Belanda, Jepang, Inggris, dsb). Mereka lebih memilih menyelamatkan harta benda, keluarga, dan jiwa raga mereka sendiri. Toh, itu juga bukan tugas mereka sendiri, jadi mengapa mereka yang harus jadi korban. Mengapa harus mereka yang harus gugur berdarah-darah
Misal saja mereka berpikir seperti itu? Barangkali Indonesia belum dinyatakan merdeka pada 17 Agustus 1945. Barangkali masih menunggu berapa generasi lagi hal itu bisa terjadi“.
Mungkin dua contoh diatas terlalu jauh, mari kita lihat yang dekat-dekat saja. tentang organisasi dan ada didekat kita..!
“Sebentar lagi kita akan menyelenggarakan OSPEK. Kebetulan hampir disetiap kampus waktunya jatuh sekitar seminggu setelah lebaran idul fitri. Idul fitri adalah saat-saat paling tepat untuk berkumpul dengan keluarga. Melepas rindu, setelah lama tak bertemu
Andaikan saja : Panitia OSPEK (mungkin hampir seluruhnya) lebih mengutamakan urusan pribadinya, yaitu berkumpul bersama keluarga daripada urusan bersama, yaitu menunaikan tugas sebagai panitia OSPEK pada H+7 Lebaran. Kira-kira apa yang akan terjadi?”
Ya, tentu saja semua perencanaan akan kacau balau. Panitia tidak ada, siapa yang akan melaksanakan kegiatan? Hancurlah tujuan bersama yang telah direncanakan jauh-jauh hari
Nah begitulah. Dalam organisasi, masing-masing anggotanya dilatih untuk berkorban. Dilatih untuk mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Semakin banyak latihannya, maka orang yang tergabung dalam organisasi akan semakin peka/sensitif pada urusan bersama.


Sabtu, 12 November 2011

MANAGEMEN BY OBJECTIVE (MBO)

MANAGEMEN BY OBJECTIVE (MBO) oleh Peter Drucker :
Berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal yang dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manajer dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi.
Bidang pokok tujuan adalah : Posisi Pasar, Inovasi, Produktivitas, Sumber Daya Fisik Serta Keuangan.
MBO dapat dicapai melalui beberapa upaya untuk efektivitas dari program MBO (unsur evektifitas MBO) , yaitu :
Pendidikan dan pelatihan bagai manajer
Keterikatan antara tujuan pribadi dan tujuan organisasi
Pelaksanaan umpan balik secara efektif
Didorong adanya peserta dari bawahan
Keunggulan dari manajemen berdasarkan sasaran MBO adalah : Meningkatkan komunikasi antara manajer dan bawahan
Strategi program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya. Rangkaian tujuan sebagai bagian proses MBO harus spesifik dan dapat diukur
Kekuatan Dan Kelemahan MBO
Kebaikan-kebaikan program MBO :
Memungkinkan para individu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka
Membantu dalam proses perencanaan dengan membuat para manajer menetapakan tujuan dan sasaran
Memperbaiki komunikasi antara manajer dan bawahan
Membuat individu lebih memusatkan perhatiannya pada tujuan organisasi
Membuat proses evaluasi lebih dapat disamakan melalui pemusatan pada pencapaian tujuan tertentu
Kelemahan-kelemahan MBO, mempunyai 2 katagori :
Kelemahan-Kelemahan yang melekat (inherent) mencakup konsumsi waktu dan usaha yang cukup besar dalam proses belajar untuk menggunakan teknik-teknik MBO, serta meningkatkan banyaknya kertas kerja
Menyangkut masalah pokok yang harus dikendalikan agar program MBO sukses :
Gaya dan dukungan manajemen
Penyesuaian dan perubagan MBO
Keterampilan- Keterampilan antar pribadi
Deskripsi jabatan
Penetapan dan pengorganisasian tujuan
Pengawasan metoda pencapaian tujuan
Konflik anatara kreativitas dan MBO

Misi Dan Tujuan Organisasi

Sebelum organisasi menentukan tujuannya, terlebih dulu menetapkan misi / maksud organisasi. Misi adalah suatu pernyataan umum dan abadi tentang maksud organisasi. Sedangkan Misi organisasi adalah maksud khas (unik) dan mendasar yang membedakan organisasi dari organisasi-organisasi lainnya dan mengidentifikasikan ruang lingkup operasi dalam hal produk dan pasar.
Etzioni mendefinisikan tujuan organisasi sebagai :
Suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dimana organisasi bermaksud untuk merealisasikan
Pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai kolektifitas mencoba untuk menimbulkannya
2 unsur penting tujuan adalah :
Hasil-Hasil akhir yang diinginkan di waktu mendatang dengan mana
Usaha-uasaha / kegiatan-kegiatan sekarang diarahkan
Tujuan dapat berupa tujuan umum / khusus , tujuan akhir / tujuan antara. Tujuan Umum (tujuan strategic) secara operasioanal tidak dapat berfungsi sebelum dijabarkan terlebih dahulu kedalam tujuan-tujuan khusus yang lebih terperinci sesuai dengan jenjang manajemen, sehingga membentuk hirarki tujuan.
Berbagai Fungsi Tujuan Organisasi
Pedoman Bagi Kegiatan, melalui penggambaran hasil-hasil di waktu yang akan datang. Fungsi tujuan memberikan arah dan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan
Sumber Legitimasi, akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya
Standar Pelaksanaan, bila tujuan dilaksanakan secara jelas dan dipahami, akan memberikan standar langsung bagi penilaian pelaksanaan kegiatan (prestasi) organisasi
Standar Motivasi, berfungsi sebagai motivasi dan identifikasi karyawan yang penting. Dalam kenyataannya, tujuan organisasi sering memberikan insentif bagi para anggota
Dasar Rasional Pengorganisasian, tujuan organisasi merupakan suatu dasar perancangan organisasi

Tipe-Tipe Tujuan
Klasifikasi tujuan dari Penow bagi organisasi pada umumnya dibedakan menjadi 5 tujuan menurut “sudut pandangan mereka yang berkepantingan” , yaitu :
Tujuan Kemasyarakatan (Societal Goals), berkenaan dengan kelas-kelas organisasi luas yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
Tujuan Keluaran (Output Goals), berkenaan dengan jenis-jenis keluaran tertentu dalam bentuk fungsi-fungsi konsumen. Contoh : barang- barang konsumen, jasa-jas bisnis
Tujuan Sistem (System Goals), cara pelaksanaan fungsi organisasi tidak tergantung pada barang / jasa yang diproduksi / tujuan yang diambil
Tujuan Produk (Product Goals) / Tujuan Karakteristik Produk, berbagai karakteristik barang- barang / jasa-jasa produksi
Tujuan Turunan (Derived Goals), tujuan digunakan organisasi untuk meletakkan kekuasaanya dalam pencapaian tujuan lain

Proses Penetapan Tujuan
Merupakan usaha untuk menciptakan nilai-nilai tertentu melalui berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi. 6 Unsur dasar yang melatarbelakangi penetapan tujuan organisasi adalah :
Barang dan jasa yang diproduksi organisasi akan dapat memberikan berbagai manfaat, paling sedikit sama dengan harganya
Barang dan jasa dapat memuaskankebutuhan konsumen/ langganan
Teknologi yang digunakan dalam proses produksi akan menghasilkan barang dan jasa dengan biaya dan kualitas bersaing
Kerja keras dan dukungan seluruh sumber dayanya, organisasi dapat beroperasi dengan baik
Pelayanan manajemen akan memberikan public image yang mengguntungkan, sehingga mereka bersedia menanamkan modal dan menyumbangkan tenaganya untuk membantu sukses organisasi
Perusahaan mempunyai konsep diri (self concept) yang dapat dikomunikasikan dan ditularkan kepada para karyawan dan pemegang saham organisasi.

Bidang-Bidang Tujuan
Peter Drucker dan GE, mengidentifikasikan 8 bidang pokok di mana perusahaan harus menetapkan tujuan :
Posisi Pasar
Produkivitas / Efesiensi, adalah rasio antara masukkan (tenaga kerja, peralatan dan keuangan) dengan keluaran organisasi
Sumber Daya Phisik dan Keuangan, tujuan harus ditetapkan dengan memperhatikan mesin dan peralatan serta penyediaan bahan baku
Profitabilitas
Inovasi
Prestasi dan Sikap Karyawan
Prestasi dan Pengembangan Manajer
Tanggung Jawab Sosial dan Publik

Kebutuhan Penyeimbangan Tujuan
Hampir semua organisasi mempunyai serangkaian tujuan yang berganda untuk memnihi permintaan “trade off” dari berbagai pihak berkepentingan yang terlibat dalam operasi organisasi. Akibatnya, sering menimbulkan konflik antara pihak-pihak tersebut. Dalam proses pencapaian tujuan, manajemen harus menentukan keseimbangan / campuran optimum tujuan-tujuan dam memadukan berbagai kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi.

Perumusan Tujuan
Tujuan dirumuskan dengan mempertimbangkan seluruh kekuatan yang terlibat dalam operasi organisasi. Perumusan tujuan merupakan Hasil usaha perpaduan untuk memuaskan semua pihak / himpunan berbagai tujuan individu dan organisasi.
Agar perumusan tujuan efektif manajer perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagao berikut :
Proses perumusan tujuan hendaknya melibatkan individu-individu yang bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan
Manajer puncak (sebagai perumus tujuan umum) hendaknya bertanggung jawab untuk menurunkan tujuan-tujuan pada tingkatan yang lebih rendah
Tujuan harus realistic, diselaraskan dengan lingkungn internal dan eksternal
Tujuan harus jelas, beralasan dan bersifat menantang anggota organisasi
Tujuan umum hendaknya dinyatakan secara sederhana agar mudah dipahami dan diingat oleh pelaksana
Tujuan bidang fungsional organisasi harus konsisten dengan tujuan umum
Manajemen harus selalu meninjau kembali tujuan telah ditetapkan.

RENCANA STRATEGIS SEKOLAH

I. RASIONAL
Banyak cara dalam penyusunan rencana strategik sebuah lembaga sesuai dengan konsep yang dikembangkan para ahli manajemen, akan tetapi bila sebuah lembaga telah memiliki acuan yang telah ditetapkan sebaiknya acuan tersebut sebagai rujukan utama. Teori dan konsep rencana strategi sebagian besar lahir dari konsep bisnis, misalnya: IE (Internal-Eksternal) matrik, SPACE (Strategic Position and Action Evaluation) matrik, Grand Strategy matrik, TOWS matrik dan BCG, dan sebagai penetapan alternative strategi dapat menggunakan QSPM (Quantitative Strategies Planning Matriks) . Diantara konsep-konsep tersebut yang tidak menggunakan parameter bisnis adalah: Matrik TOWS. Sehingga dalam penyusunan renacana strategis yang akan dibahas akan mengambil rujukan Inmendiknas No: 1/U/2002 yang menggunakan konsep TOWS matrik.
Dengan mempelajari Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, disusul dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor :589/IX/6/Y/99 tentang penjelasan teknis penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, juga merujuk pada Instruksi Mendiknas No. 1/U/2002 tentang Pelaksanaan Akuntabilitas di lingkungan Depdiknas, maka penyusunan Rencana Strategi sekolah sebaiknya, menggunakan referen peraturan tersebut, agar memudahkan para Manajemen maupun Pelaksana dalam menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Pengembangan sistematika penulisan rencana strategi dimungkinkan untuk dikembangkan lebih rinci maupun lebih komprehensif, hal tersebut sangat tergantung pada kesiapan tim penyusun renstra lembaga yang bersangkutan. Dalam dokumen rencana strategik perlu dilampiri Renstra dalam bentuk matrik yang mengikuti format PS yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN). Dalam matrik tersebut telah tersusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam bentuk LAKIP.
Penyusunan rencana strategi sebuah lembaga yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kaitan yang erat antara Renstra dan LAKIP, sehingga petugas penyusun laporan akuntabilitas akan dengan mudah melihat keterkaitan antara keduanya. Dengan logika demikian maka dapat disimpulkan bahwa laporan akuntabilitas tersebut merupakan satu tolok ukur keberhasilan dari renstra lembaga tersebut.
Semoga penjelasan teknis penyusunan dokumen renstra ini dapat membantu tim penyusun renstra lembaga untuk memahami langkah-langkah penyusunan. Akhirnya dengan harapan semoga penyusunan renstra di masing-masing lembaga memiliki persepsi yang sama dan tidak menutup kemungkinan setiap lembaga untuk mengembangkan sesuai dengan dinamika yang terjadi di lingkungan masing-masing.

II. KONSEP RENCANA STRATEGIS
1. Pengertian.
Rencana strategis dalam teori manajemen dikenal dengan istilah “manajemen strategis”. Konsep manajemen strategis sering digunakan dalam dunia bisnis. Dan dalam sistem manajemen modern mengimplementasikan konsep tersebut dalam sebuah organisasi lebih sering disebut dengan istilah “Rencana Strategis” atau merupakan Strategi yang direncanakan atau disesain sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Berikut beberapa ahli manajemen mendiskripsikan pengertian strategi:
a. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaftif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi (Argyris : 1985 , Mintzberg : 1979 , Steiner dan Miner : 1977 ).
b. Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing (Porter : 1985).
c. Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan lain-lain, baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan (Andrews : 1980 , Chaffe : 1985).
d. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan (Hamel dan Prahalad : 1995).
e. Strategic management can be defined as the art and science of formulating, implementing, and evaluating cross-functionals that enable an organization to achieve its objective (Fred R. David ; 2003)

Dari beberapa pengertian yang diutarakan para ahli manajemen tersebut pada dasarnya menjelaskan bahwa strategi mengandung pengertian-penertian sebagai berikut:
a. Merupakan tujuan jangka panjang untuk mencapai keunggulan bersaing.
b. Merupakan respon jang adaftif terhadap kondisi yang akan datang.
c. Merupakan kegiatan terus menerus yang senantiasa meningkat.
d. Yang selalu berorientasi pada pelanggan/ kastemer.
e. Merupakan kekuatan motivasi bagi penyelenggara dan masyarakat
f. Selalu bertitik tolak dari peluang dan ancaman, kekuatan dan kelemahan
g. Selalu berangkat dari apa yang dapat terjadi dan bukan apa yang terjadi
h. Merupakan paduan konsep dan seni dalam merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Fungsi Perencanaan.
a. Penerjemah kebijakan Umum: kebijakan umum ditetapkan oleh pimpinan, perlu diterjemahkan secara konkrit, jelas, komprehensi dan bertahap.
b. Perkiraan yang bersifat ramalan: perkiraan masa depan yang dianalisis secara ilmiah berdasarkan fakta dan data masa lalu dan sekarang
c. Berfungsi ekonomi: sumber daya yang terbatas, maka pemanfaatannya perlu perencanaan yang matang sesuai dengan kebutuhan
d. Memastikan suatu kegiatan: rencana yang mengatur hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab serta wewenang mereka, sehingga staf akan bekerja dengan penuh kepastian.
e. Alat koordinasi: koordinasi merupakan kegiatan penting dalam pelaksanaan fungsi manajemen dalam mencapai tujuan, kaitan pekerjaan satu dgn yang lain, kapan dan bagaimana pelaksanaan, sehingga menjadi terpadu dan harmonis
f. Alat/sarana pengawasan: manajer untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah dilakukan dengan hasil memuaskan, realisasi sesuai/tidak.
3. Macam Perencanaan.
a. Dilihat dari sisi waktu :
1) Perencanaan Jangka Panjang: perencanaan masih berbentuk garis-garis besar yang bersifat sangat strategis dan umum, rencana menjangkau waktu 20 – 30 tahun ke depan.
2) Perencanaan Jangka Menengah: perencanaan jangka panjang dipecah menjadi beberapa tahapan pelaksanaan jangka menengah, setiap tahapan disesuaikan dengan prioritas, dengan rentang waktu 3 – 5 tahun.
3) Perencanaan Jangka Pendek: kurun waktu paling lama satu tahun, mungkin satu bulan, kwartal, atau tengah tahun. Perencanaan ini lebih konkret, rinci, terukur dan sasaran jelas, penjadwalan, metode dan sumber daya.
b. Dilihat dari sisi tingkatan manajemen :
1) Perencanaan Strategis: seni dan ilmu untuk pembuatan, penerapan, dan evaluasi keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan.
2) Perencanaan Operasional: merupakan bagian dari rencana strategis, lebih mengarah pada bidang fungsional, sifatnya spesifik dan jangka pendek.
4. Pendekatan
Pendekatan dalam membuat perencanaan sebuah organisasi menurut (Husein Umar: 2001) ada beberapa pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Atas – Bawah (Top – Down Approach): Perencanaan dibuat pimpinan, unit dibawahnya tinggal melaksanakan.
b. Pendekatan Bawah – Atas (Bottom – Up Approach): Pimpinan memberikan gambaran situasi dan kondisi (visi, misi, tujuan sasaran dan sumber daya), memberi kewenangan kepada unit di bawah.
c. Pendekatan Campuran (Combination Approach): Pimpinan memberikan petunjuk perencanaan secara garis besar, rencana detail diserahkan kpd kreativitas unit di bawahnya.
d. Pendekatan Kelompok (Group Approach): Perencanaan dibuat oleh sekelompok tenaga ahli, biasanya Biro Perencanaan.
5. Tahapan Strategi
Menurut (David: 2003) “The strategic management process consists of three stages: strategy formulation, strategy implementation, and strategy evaluation. Pada dasarnya proses manajemen strategis mengikuti 3 tahapan tersebut, yaitu: rumusan kebijakaan strategi, strategi pelaksanaan dan strategi evaluasi. Dokumen rencana strategi akan berisi kebijakan strategi dan rancangan strategi pelaksanaan, sedangkan pelaksanaan dan strategi evaluasi dalam bentuk laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP).
The strategic formulation includes developing a vision and mission, identifying an organization’s external opportunities and threats, determining internal strengths and weaknesses, establishing long-term objectives, generating alternative strategies, and choosing particular strategies to pursue. Sebagian besar dokumen rencana strategis merupakan uraian tentang “strategic formulation” secara garis-garis besar dari sebuah lembaga atau organisasi.
Strategy implementation requires a firm to establish annual objectives, devise policies, motivate employees, and allocate resources so that formulated strategies can be executed. Strategi implemetasi dapat digunakan sebagai lampiran dokumen rencana strategis dalam bentuk matrik atau format, hal tersebut akan mempermudah dalam penyusunan laporan akuntabilitas.
Strategy evaluation is the final stage in strategic management,
… and three fundamental strategy evaluation activities are:
a. Reviewing external and internal factors that are the bases for current strategies
b. Measuring performance, and
c. Taking corrective actions.
Strategi evaluation akan menjadi bagian penting dari laporan akuntabilitas kinerja sebuah lembaga atau organisasi.
6. Model-model penyusunan rencana strategis.

III. STRATEGI PENYUSUNAN RENSTRA.
1. Tim penyusun
Tim penyusun renstra disarankan merupakan representasi dari seluruh unit kerja yang ada di lembaga tersebut. Akan lebih efektif bila anggota tim tersebut adalah mereka yang langsung menangani program di setiap unit kerja. Jumlahnya lebih baik tidak lebih dari 5 orang sebagai tim inti. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka tim tersebut dapat melakukan presentasi dihadapan staf pimpinan dan staf lain yang relevan untuk mendapatkan masukan, kritik dan saran-saran.
2. Strategi penyusunan.
Strategi penyusunan dapat ditempuh melalui tim kecil penyusunan renstra. Kegiatan menjaring informasi dapat ditempuh melalui brainstorming kemudian disusun dalam satu sistematika yang ditetapkan. Untuk mencari masukan tidak harus melalui pertemuan formal akan tetapi dapat ditempuh dengan cara konsultasi pada pimpinan unit kerja yang di perlukan informasinya dan dianjurkan juga menjaring informasi dari “stake holders” lainnya, seperti orang tua (komite sekolah), Dinas Pendidikan atau pihak-pihak lain yang peduli terhadap sekolah tersebut. Dalam menyusun kerangka pikir renstra harus selalu memperhitungkan visi, misi, tupoksi lembaga/unit dan kebijakan pimpinan. Penyempurnaan perlu dilakukan terus menerus sejalan dengan kebijakan pimpinan lembaga maupun kebijakan pendidikan nasional.


RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN PUSTAKAWAN

A.      Latar belakang
Menurut Ranganathan bahwa salah satu hukum perpustakaan adalah perpustakaan harus senantiasa tumbuh. tumbuh dari segi koleksi, sarana, dan pemakai. Urat nadi dari sebuah perpustakaan adalah koleksi. Perpustakaan tanpa koleksi tidaklah layak disebut sebuah perpustakaan.
Banyak tidaknya pengunjung sebuah perpustakaan bergantung bagaimana kualitas dan kuantitas koleksi yang dimilikinya. Keberadaan koleksi sebuah perpustakaan tidak cukup hanya karena banyaknya akan tetapi juga karena koleksinya yang up to date.
Koleksi sebuah perpustakaan harus terus dikembangkan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Koleksi yang baik adalah koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemakainya.

B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Pengembangan koleksi adalah :
1. Menyediakan suatu koleksi yang senantiasa up to date;
2. Menyediakan koleksi yang cukup bagi keperluan pemakai perpustakaan;
3. Menciptakan rasa betah dan senang bagi pemakai untuk mengunjungi perpustakaan.
C. Sasaran
1. Sasaran dari kegiatan ini adalah terciptanya dan tersedianya koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
2. Terkumpulnya bahan pustaka dan sumber informasi dalam berbagai disiplin ilmu.

D. Metode Penyelesaian
1. Seleksi bahan pustaka
a. Menyusun rencana operasional pengembangan koleksi.
b. Menghimpun alat seleksi bahan pustaka dari berbagai sumber : katalog penerbit; surat kabar; majalah; bibliografi.
c. melakukan survei bahan pustaka ke toko buku dan pameran buku.
d. melakukan survei minat pemakai dengan cara memberikan kuisioner atau menyediakan kotak saran dari pemakai tentang jenis atau subyek apa yang menjadi kebutuhan para pemakai.
e. membuat dan menyusun desiderata : berupa kartu ukuran 7,5 x 12,5 cm yang berisi data bibliografis bahan pustaka yang akan dipesan : subyek nama pengarang, judul buku, penerbit, tahun terbit, harga buku.
f. Menyusun daftar bahan pustaka terseleksi dari data desiderata.


2. Akuisisi bahan pustaka
1. Melakukan pengadaan bahan pustaka melalui cara pembelian, menerima hadiah dari para donatur.
2. Melakukan verifikasi bahan pustaka yang masuk sesuai dengan kebutuhan informasi pemakai (sesuai dengan daftar desiderata), bila terdapat koleksi yang tidak sesuai akan dikembalikan (bila dilakukan dengan pembelian) dan dihibahkan (bila koleksi berasal dari hadiah).atau dilakukan tukar menukar dengan perpustakaan yang membutuhkan.
3. Meregistrasi bahan pustaka : berupa kegiatan pemberian dan pencatatan nomor induk di buku besar dan pemberian cap stempel kepemilikan perpustakan pada nomor halaman tertentu.
4. Menyerahkan bahan pustaka ke petugas pengolahan bahan pustaka.

E. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan Pengembangan koleksi.
No. Sub Unsur Kegiatan Waktu
Seleksi bahan pustaka
1. Menyusun rencana operasional pengembangan koleksi Minggu 1 Desember
2. Menghimpun alat seleksi bahan pustaka . Minggu 1 Januari
3. melakukan survei bahan pustaka Minggu 2 januari
4. melakukan survei minat pemakai Minggu 2 januari
5. membuat dan menyusun desiderata Minggu 3 januari
Akuisisi bahan pustaka
6. Melakukan pengadaan bahan pustaka Minggu 3 Januari
7. Melakukan seleksi bahan pustaka yang masuk Minggu 3 Januari
8. meregistrasi bahan pustaka Minggu 1 Februari
9. Penyerahan bahan pustaka ke seksi pengolahan Minggu 2 Februari.
Sumber : http://perpustakaankotatasikmalaya.blogspot.com/2010/01/renacana-operasional-kegiatan.html

Empat Tahap Dasar Perencanaan


Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui 4 tahapan berikut ini. 

Tahap 1 : Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
perencanaan dimulai dengankeputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.Tanpa rumusan tujuan yang  jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya  sumberdayanya secara tidak efektif. 

Tahap 2 : merumuskan keadaan saat ini 
Pemahaman akan posisi perusahaansekarang dari tujuan yang hendak di capai atau sumber daya-sumber daya yang tersediauntuk pencapaian tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkutwaktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini dianalisa, rencanadapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua inimemerlukan informasi-terutama keuangan dan data statistik  yang didapat melaluikomunikasi dalam organisasi. 

Tahap 3 : mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Segala kekuatan dankelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukurkemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intren dan ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya,atau yang mungkin menimbulkan masalah. Walau pun sulit dilakukan, antisipasi keadaan,masalah, dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang adalahbagian esensi dari proses perencanaan. 

Tahap 4 : mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaiantujuan
Tahap terakhir dalam proses perncanaan meliputi pengembangaan berbagaialternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut danpemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai alternatif yang ada.




MANAJEMEN TENTANG PERENCANAAN DAN TUJUAN

Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tinsdakan. Perencanaan diperlukan dalam setiap jenis kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun kegiatan dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

A. Batasan Perencanaan
Menurut Newman perencanaan (planning) is deciding in advance what is to be done. Sedangkan menurut A.Allen planning is the determination of a course of action to achieve a desired result. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa ( what ) siapa ( Who ) kapan (When) dimana ( When ) mengapa ( why ) dan bagaimana ( How ) jadi perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan.

B. Unsur-unsur Perencanaan
Perencanaan yang baik harus dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut sebagai unsur-unsur perencanaan yaitu :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.

C. Sifat Rencana Yang Baik
Rencana yang baik harus memuat sifat-sifat sebagai berikut :
1. Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas dalam arti mudah dipahami oleh yang menerima sehingga penafsiran yang berbeda-beda dapat ditiadakan.
2. Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya bila ada perubahan keadaan maka tidak semua rencana dirubah dan dimungkinkan diadakan penyesuaian-penyesuaian saja. Sifatnya tidak kaku harus begini dan begitu walaupun keadaan lain dari yang direncanakan.
3. Stabilitas, tidak perlu setiap kali rencana mengalami perubahan jadi harus dijaga stabilitasnya setiap rencana harus ada dalam perimbangan.
4. Ada dalam perimbangan berarti bahwa pemberian waktu dan factor-faktor produksi kepada siapa tujuan organisasi seimbang dengan kebutuhan.
5. Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.



D. Proses Pembuatan Rencana
1. Menetapkan tugas dan tujuan
Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat difrmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang tujuan yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh.
2. Observasi dan analisa
Menentukan factor-faktor apa yang dapat mempermudah dalam pencapaian tujuan (Observasi) bila sudah diketahui dan terkumpul, maka dilakukan analisa terhadapnya untuk ditentukan mana yang digunakan.
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Faktor yang tersedia memberikan perencanaan membuat beberapa kemungkinan dalam pencapaian tujuan. Dimana kemungkinan yang telah diperoleh dapat diurut atas dasar tertentu, misalnya lamanya penyelesian, besarbya biaya yang dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dan lain sebagainya.
4. Membuat sintesa
Sintesa yaitu alternatif yang akan dipilih dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan cara mengawinkan sitesa dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai kelemahan-kelemahan.

E. Siapa Pembuat Rencana ?
1. Panitia Perencanaan
Panitia ini terdiri dari beberapa unsure yang mewakili beberapa pihak, yang masing-masing membawakan misinya untuk menghasilkan suatu rencana, dengan harapan rencana yang dibuat akan lebih baik.
2. Bagian Perencanaan
Seringkali tugas perencanaan, merupakan tugas rutin dalam suatu organisasi atau perusahaan. Ini merupakan satu unit dalam suatu organisasi yang bertugas khusus membuat rencana. Jadi disini tidak ada unsur perwakilan yang mewakili suatu bagian dalam organisasi.
3. Tenaga Staf
Pada sebuah organisasi atau perusahaan ada dua kelompok fungsional yaitu :
- Pelaksana, tidak disamakan dengan pimpinan yaitu kelompok yang langsung menangani pekerjaan
- Staf (pemikir) yaitu kelompok yang tidak secara langsung menghasilkan barang atau produk perusahaan, tugasnya menganalisa fakta-fakta untuk kemudian merencanakan sesuatu guna.

F. Bentuk-bentuk Perencanaan
1. Recana Global (Global Plan)
Analisa penyusunan recana global terdiri atas:
- Strenght yaitu kekuatan yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan
- Weaknesses, memperhatikan kelemahan yang dimiliki organisasi yang bersangkutan.
- Opportunity yaitu kesempatan terbuka yang dimiliki oleh organisasi
- Treath yaitu tekanan dan hambatan yang dihadapi organisasi
2. Rencana Stategik (Strategic Plan)
Bagian dari rencana global yang lebih terperinci. Dimana dengan menyusun kerangka kerja yang akan dilakukan untuk mencapai rencana global, dimensi waktunya adalang jangka panjang. Dalam pencapaiannya dilakukan dengan system prioritas. Mana yang akan dicapai terlebih dahulu.
Merupakan proses prencanaan jangka panjang yang tersusun dan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Tiga alas an penggunaan perencanaan strategic ini yaitu :
1. Memberikan kerangka dasar bagi perencanaan lainnya yang akan dilakukan
2. Mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lainnya.
3. Titik permulaan pemahaman dan penilaian kegiatan manajer dan organisasi.
3. Rencana Operasional ( Operational Plan )
Rencana ini meliputi perencanaan terhadap kegiatan-kegiatan operasional dan bersifat jangka pendek.
- Rencana sekali pakai ( single use plan ) yaitu kegiatan yang tidak digunakan lagi setelah tercapainya tujuan dan ini sifatnya lebih terperinci hanya sekali pakai, misalnya rencana pembelian dan pemasangan mesin komputer dalam suatu perusahaan.
- Rencana Tetap ( Standing Plan ) yaitu berupa pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan-penanganan situasi yang dapat diperkirakan terlebih dahulu dan akan terjadi berulang-ulang.

G. Tujuan Organisasi ( Organization Goal )
Dua unsur dari pada tujuan yaitu :
1. Hasil akhir yang ingin dicapai
2. Kegiatan yang dilakukan saat ini untuk mencapai tujuan tersebut
Dalam buku Manullang Davis membagi tujuan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Tujuan primer berupa nilai ekonomis yang diberikan baik langsung ataupun tidak langsung kepada masyarakat dalam pembuatan barang dan jasa.
2. Tujuan kolateralnilai umum dalam pengertian luas demi kebaikan masyarakat
3. Tujuan Skunder, berkenaan dengan nilai ekonomis dan efektifitas dalam pencapaian tujuan diatas.

H. Bentuk-bentuk Tujuan
Parrow membagi tujuan menjadi lima bentuk :
1. Sociental Goals, dibagi menjadi bagian-bagian karena organisasi sifatnya luas untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat.
2. Output Goals, menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen dalam bentuk konsumsi.
3. System Goals, pelaksanaan semua fungsi organisasi dilakukan dengan system yang biasa digunakan dalam organisasi tersebut.
4. Product Goals, berdasarkan pada produk yang dihasilkan oleh organisasi atau perusahaan.
5. Derived Goals, dihubungkan dan didasarkan pada tujuan-tujuan lainnya yang ada dalam organisasi,

I. Fungsi Tujuan
1. Sebagai dasar dan patokan bagi kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi baik pengarahan, penyaluran usaha-usaha maupun kegiatan dari para anggota organisasi tersebut tanpa kecuali.
2. Sumber legitimasi dengan meningkatkan kemampuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan guna mendapatkan sumber daya yang diperlukan dalam proses produksi dan mendapatkan dukungan dari lingkungan yang berada di sekitarnya.
3. Sebagai standar pelaksanaan dengan melaksanakan diri pada tujuan yang akan dicapai yang dibuat secara jelas dan dapat dipahami oleh anggota lainnya.
4. Sumber motivasi untuk mendorong anggota lainnya dalam melaksanakan tugasnya, misal dengan memberikan insentif bagi anggota yang melaksanakan tugasnya dengan baik, menghasilkan produk di atas standar dan lain sebagainya yang akhirnya dapat mendorong anggota lainnya.
5. Sebagai unsur rasional perusahaan, karena tujuan ini merupakan dasar perancangan dari organisasi.
Peter Drucker menetapkan delapan unsur yang harus ada dalam suatu organisasi di dalam menetapkan tujuan, yaitu :
1. Posisi pasar, berapa market share yang dapat dikuasai oleh perusahaan, hal ini dengan melihat berapa besar langganan dan produk yang dapat dikuasai, segmen pasar dan saluran distribusi yang digunakan.
2. Produktivitas, yaitu dengan menghitung antar input yang digunakan dengan output yang dicapai, yang merupakan efisiensi perusahaan.
3. Sumberdaya pisik dan keuangan, dengan memperhatikan teknologi yang digunakan dan sumberdaya yang diperlukan dihubungkan dengan besarnya posisi keuangan yang dimiliki.
4. Profitabilitas, pencapaian tujuan yang dihitung dengan berapa rupiah yang diterima dengan melakukan riset and develop-ment, tersedianya kapital untuk renovasi teknologi dan kompensasi yang diterima.
5. Inovasi, yaitu pembaharuan-pembaharuan yang dilaksanakan dengan mengeluarkan produk baru, teknologi yang lebih canggih misalnya, yang didasarkan pada kebutuhan yang terus bertambah.
6. Prestasi dan pengembangan manajer, dengan memperhatikan pada kualitas manajemen untuk pengembangan para manajer.
7. Prestasi dan sikap karyawan, dengan menetapkan tujuan-tujuan yang menyangkut faktor-faktor karyawan dalam pencapaian efektifitas kerja.
8. Tanggung jawab solusi dan publik, guna menangani gejolak yang terjadi di perusahaan yang dilakukan oleh para karyawan berupa pemogokan ataupun unjuk rasa, hukum, pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya.