“Setiap orang melakukan sesuatu tentu ada satu atau
beberapa hal yang ingin didapatkan. Meski ada juga yang melakukan sesuatu tanpa
keinginan, ini hanya sebagian kecil. Ada pengorbanan yang dikeluarkan, ada pula
hasil yang ingin dicapai, begitu juga sebaliknya.”
Di Organisasi juga berlaku
demikian. Mungkin seseorang yang bergabung dalam sebuah organisasi akan
mengorbankan waktunya, tenaganya, pikirannya, materinya yang dimilikinya,
bahkan ada yang mengorbankan nyawanya untuk sebuah organisasi. Mengapa demikian?
Karena ada yang dituju dan hasil yang diharapkan.
Terlibat aktif dalam
organisasi akan mengembangkan kemampuan dan kapasitas pribadi seseorang. Telah
terbukti baik secara ilmiah maupun secara realita dikehidupan sehari-hari,
orang-orang yang matang dalam organisasi lebih unggul dibandingkan mereka yang
diam saja.
Nah, apa saja yang akan
didapatkan seseorang dalam Organisasi? Tentu apa yang didapatkan masing-masing
orang tidak sama. Tergantung dari keaktifannya di organisasi, tergantung dari
tujuan awalnya, tergantung dari lingkungan bermainnya, dan tergantung
faktor-faktor lain.
Secara umum kita akan
menginventarisasi apa saja yang didapatkan kebanyakan orang di Organisasi..!!
Simak berikut ini :
1. Kemampuan menyelesaikan
masalah
Hal ini salah satu nilai
tambah yang didapatkan seseorang dengan aktif di organisasi. Perbedaan yang
jelas akan terlihat ketika dua orang dibandingkan. Satu siswa terbiasa
menyelesaikan masalah-masalah di organisasi, satu lagi siswa yang terbiasa diam
dikamar, kutu buku, tak pernah bergaul.
Siswa yang terbiasa di
organisasi cenderung tidak shock ketika mendapatkan masalah, menanggapi dengan
lebih tenang karena dia telah terbiasa. Sementara siswa yang tak terbiasa
merasa tidak percaya diri, dan akhirnya kebingungan.
Siswa yang suka membaca tanpa
pernah terlibat dalam organisasi umumnya jarang mempraktekkan apa yang
dibacanya. Merasa kurang percaya diri dan tidak terbiasa. Sementara mereka yang
terbiasa dalam organisasi telah tertempa oleh berbagai macam latihan
menyelesaikan masalah. Mulai dari masalah kecil, sampai masalah yang lebih
besar
2. Kemampuan menentukan
pilihan terbaik dan menentukan prioritas
Pilihan untuk berorganisasi
secara maksimal sendiri adalah pilihan yang berat. Mereka yang aktif
berkecimpung dalam dunia organisasi biasanya berhadapapan dengan banyak masalah
yang harus segera diselesaikan.
Terkadang masalah muncul
seperti hujan deras, sangat banyak dan butuh penyelesaian secepatnya. Disinilah
satu lagi kita temukan keunggulan orang yang terbiasa berorganisasi. Diantara
sekian banyak masalah itu, yang mana yang harus didahulukan? Yang mana harus
segera diselesaikan, yang mana bisa ditunda penyelesaiannya?
Latihan-latihan dalam dunia
organisasi untuk menyelesaikan masalah umumnya sangat sering. Masalah bisa dicari,
bahkan biasanya datang sendiri. Nah, semakin sering menyelesaikan masalah ini,
maka intuisi untuk menentukan prioritas akan semakin terasah.
Mereka yang aktif di
organisasi dilatih untuk pandai memilah masalah. Mana masalah sangat penting,
mana masalah yang sudah dikejar deadline, mana masalah tidak terlalu
penting, mana masalah yang dapat diselesaikan suatu saat nanti. Semakin lama
dan semakin banyak masalah yang berhasil disortir, maka kemampuan ini akan
semakin tertempa.
3. Teman, kolega, sahabat,
partner
Banyak orang yang menjadikan
poin nomor tiga ini sebagai tujuannya berorganisasi. Bahkan tidak dapat
dipungkiri, poin tiga ini adalah salah satu buah manisnya dunia organisasi.
Salah satu yang paling banyak menarik orang untuk terlibat aktif di organisasi.
Organisasi adalah wadah orang
berinteraksi beradu pemikiran, menyampaikan ide-ide, berkomunikasi satu sama
lain agar maksud yang ingin disampaikan dapat diterima oleh anggota organisasi
yang lain.
Intensitas diskusi, sharing,
komunikasi inilah yang nantinya akan memunculkan ikatan pertemanan, ikatan
emosional, persahabatan dll.
Dalam organisasi juga biasanya
banyak tugas yang tak bisa diselesaikan sendiri. Disini seseorang harus bisa
bekerja dalam sebuah tim. Artinya harus bisa berinteraksi dengan yang lain agar
tujuan dari organisasi tercapai
Banyak pertemanan dan
persahabatan akrab berawal dari organisasi. Banyak rekanan yang cocok, partner
yang pas di kemudian hari dimulai dari kedekatannya di satu organisasi
tertentu.
4. Koneksi (konektivitas),
jejaring sosial (Sosial Network), Jejaring kerja (Job Network)
Poin nomor empat ini juga
salah satu yang menarik banyak orang untuk berorganisasi. Aktif berorganisasi,
artinya punya kesempatan mendapat banyak teman, punya kesempatan mengenal
banyak orang, punya kesempatan berinteraksi dengan berbagai lembaga (misalnya
sponsor, rekanan, dsb)
Dari interaksi-interaksi
itulah orang yang berorganisasi dapat mengumpulkan jaringan dan koneksinya.
Pertemanan yang baik saja dapat menjadi sebuah koneksi yang bagus di kemudian
hari.
Orang yang punya kemampuan
komunikasi bagus dalam organisasi biasanya punya banyak kenalan. Punya teman
dimana-mana. Punya kenalan di perusahaan A, di perusahaan B, dll. Kemudian
hari, kenalan-kenalan ini dapat dijadikan sebuah jaringan yang berguna untuk
karier dll.
5. Keahlian Spesifik
Poin nomor lima ini sering
dijadikan bahan tulisan, dasar yang menjadi intisari dari tujuan orang
berorganisasi. Berbicara keahlian, sangat banyak cakupannya. Banyak kemampuan
bisa disebut keahlian. Dan untungnya, keahlian spesifik dalam organisasi
ini tidak didapatkan di materi kuliah.
Keahlian spesifik yang
dimaksud menjurus pada suatu keahlian khusus. Dan pendalamannya harus dengan
latihan yang terus menerus. Di Organisasi pecinta alam misalnya, seseorang akan
diajari, dilatih untuk ahli dalam ilmu Navigasi, Mounteneering, Climbing, dan
sebagainya, tergantung bidang yang diambil dalam Organisasi pecinta Alam
tersebut
Di sub divisi HUMAS (Hubungan
masyarakat) misalnya, seseorang akan lebih fokus pada masalah yang berhubungan
langsung dengan masyarakatan, public relation, dll
Seorang yang aktif di
organisasi-organisasi tertentu bisa saja menjadi ahli di bidangnya. Banyak
bidang-bidang dalam sebuah organisasi khusus membutuhkan orang yang benar-benar
ahli. Nah, untuk mendapatkan anggota yang ahli itu, biasanya suatu organisasi
mempunyai cara sendiri-sendiri.
6. Uang/Materi
Oops. Jangan berpikir negatif
dulu. Hal ini kedengarannya tidak enak ditelinga kawan-kawan yang punya idealis
dan integritas dalam berorganisasi. Tapi, realita menunjukkan hal ini memang
ada
Jika kita berbicara di
organisasi non komersial, memang sebaiknya uang tidak menjadi tujuan dalam
organisasi. Menjadikan uang sebagai tujuan masuk organisasi “dikatakan” oleh
banyak orang sebagai tujuan yang tidak baik. Kurang etis.
Namun tak mustahil, ada juga
percikan materi yang bisa kamu dapatkan jika profesional mengelola organisasi
semacam ini. Misalnya organisasi siswa, organisasi kemahasiswaan, organisasi
massa, lembaga swadaya masyarakat, dll.
Buruknya, banyak organisasi
yang berlabel kemanusiaan, nirlaba, dll malah secara terselubung mengeruk
keuntungan dari kegiatan organisasinya. Hal ini terjadi karena penggerak
organisasinya tentu menjadikan uang/materi sebagai tujuan.
Nah, meski dalam organisasi
nirlaba uang bukanlah tujuan, tapi banyak juga anggotanya yang menggunakan
proyek-proyek organisasi untuk mencari uang. Istilah yang biasa digunakan yaitu
“Ngobyek“.
Cara yang digunakan kebanyakan
adalah memanfaatkan selisih harga (mark up). Misalnya ada proyek pengadaan
seragam. Si A dapat tugas untuk memesan seragam tersebut. Di Konveksi X si A
dapat harga 10.000 per pcs, di konveksi Y si A dapat 8.000 per pcs, jumlah
pesanan ada 1000 pcs. Lumayan kan, dengan memesan di konveksi Y, si A dapat
mengantongi paling kecil 400.000 rupiah
Ada yang bilang, mencari uang
dalam organisasi nirlaba sah-sah saja. Ada yang bilang hal tersebut tidak etis.
Semua tergantung dari yang menjalaninya. Baik dan buruk hanya penilaian
seseorang. Hati nurani lah yang sebenarnya dapat mengontrol perbuatan kita.
7. Jabatan-posisi-kekuasaan
Dalam organisasi ada
jabatan-jabatan strategis dan bergengsi. Banyak sekali orang-orang ambisius
yang menjadikan jabatan dan kekuasaan ini sebagai tujuannya berorganisasi. Ada
yang mengakuinya secara terang-terangan, ada yang menyembunyikannya dalam lubuk
hati.
Dengan sebuah jabatan di
organisasi, terutama jabatan yang tinggi. Tentu seseorang akan punya
kekuasaan-kewenangan lebih besar dari lainnya yang hanya anggota biasa
Biasanya posisi-posisi ketua,
pemimpin, direktur, dan posisi teratas lainnya banyak menjadi incaran orang.
Namun ada juga yang secara sengaja tidak mengincar posisi tertinggi. Namun
malah menyasar posisi tertentu sesuai fungsinya. Barangkali orang seperti ini
sudah terobsesi, atau memang murni ingin belajar di posisi tersebut
8. Popularitas
Salah satu yang paling menarik
minat orang untuk berorganisasi adalah ingin dikenal orang lain. Dalam bahasa
kerennya disebut popuparitas, atau menjadi populer.
Banyak dikenal orang, dimana
saja memang menyenangkan. Terasa seperti selebriti barangkali. Ini sah-sah saja
untuk dijadikan motivasi dan penyemangat dalam berorganisasi. Lagipula,
sebenarnya orang yang aktif di organisasi akan menjadi populis dengan
sendirinya tanpa perlu digembar-gemborkan
Tentu saja, bukan diri
seseorang saja yang dapat membuatnya populer. Bagaimana kinerjanya selama di
organisasi? Apa saja yang dia lakukan untuk organisasi? ini menjadi penilaian
tersendiri bagi banyak orang
Bersambung dengan jabatan dan
kekuasaan, popularitas adalah salah satu buntut dari jabatan. Semakin tinggi
jabatan seseorang dalam dunia organisasi, memungkinkan dia untuk semakin
dikenal lebih banyak orang, dibanding mereka yang berada dalam posisi rendah
Namun tak semua organisasi
menganut sistem semacam ini. Ada juga organisasi yang ketuanya bahkan tidak
dikenal banyak orang. Bahkan terkesan disembunyikan.
9. Latihan-belajar untuk mampu
berbicara-menyampaikan pendapat, ide, dan gagasan pada orang lain
Banyak orang yang punya ide
cemerlang, tapi ragu untuk menyampaikan kepada orang lain. Biasanya terbentur
oleh rasa percaya diri yang belum cukup, atau kemampuan berbicara-menyampaikan
pendapat yang dirasa masih kurang
Di organisasi, kamu punya
kesempatan yang luas untuk belajar bicara. Mulai dari forum-forum kecil, sampai
forum yang melibatkan ratusan, bahkan ribuan orang.
Mulai dengan tata bahasa yang
kacau balau, sampai akhirnya kamu bisa mengutarakan pendapat, ide, dan gagasan
kamu dalam bahasa yang elegan. Di organisasi lah tempatnya kamu akan ditempa.
Pada saat pertama kali
berbicara didepan khalayak ramai, barangkali kamu merasa tidak percaya diri,
kaki gemetar, bahkan sampai berkeringat dingin dengan jantung dag dig dug.
Kamu sanksi pada diri sendiri.
Dalam hati timbul pertanyaan, apakah yang saya sampaikan dimengerti orang lain?
apakah bahasa yang saya gunakan sudah tepat sehingga dapat dimengerti orang
lain.
Di organisasi, kamu akan
dilatih, belajar terus menerus, sampai akhirnya percaya dirimu menjadi tinggi,
sehingga semua keraguan itu sirna dari pikiranmu. Dan akhirnya kamu pun mampu
untuk tampil kedepan, mengutarakan gagasan brilianmu.
10. Latihan dan belajar
sendiri cara berdiplomasi, bernegosiasi, melobi, atau mempengaruhi orang lain
secara persuasif
Ini adalah soft skill yang
langka. Tidak semua orang bisa melakukannya. Pendekatan persuasif cenderung
lebih efektif dalam menyelesaikan masalah. Walaupun prosesnya butuh kesabaran
dan perhitungan yang cermat
Tidak melulu masalah dapat
diselesaikan dengan fisik, adu otot, senjata dan sebagainya. Kadang perlu ada
pendekatan-pendekatan yang lebih halus. Ingat, perjuangan bersenjata saja takkan
membuat Indonesia merdeka.
Untuk masalah-masalah yang
serius dan sensitif, sedikit saja melakukan kesalahan, akan fatal akibatnya
kedepan. Bayangkan, masalah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cara
negosiasi tapi malah di selesaikan secara fisik, mubazir bukan?
Tentu saja kerugian materi dan
tenaga dapat diminimalisir dengan cara pendekatan persuasif.
Di Organisasi, teknik
bernegosiasi, diplomasi dan lobi dapat dipelajari secara otodidak. Kamu dapat
mempraktekkan langsung suatu konsep/pendekatan yang sudah kamu rancang.
Seiring berjalannya waktu dan
seringnya kamu menerapkan cara negosiasi yang baik, maka kamu akan semakin
matang. Terkadang jika terjadi suatu masalah yang melibatkan lebih dari satu
pihak, kesuksesan suatu kegiatan, atau suatu rencana sangat bergantung pada
suksesnya negosiasi.
Banyak negosiator yang menjadi
penentu kesuksesan suatu rencana. Namun biasanya mereka bekerja di belakang
layar. Tidak muncul di permukaan
11. Kemampuan admisistrasi,
struktural, prosedural
Poin ini adalah kemampuan
dasar yang akan didapatkan seandainya seseorang mau terlibat aktif dalam
organisasi. Kemampuan administrasi seperti surat menyurat misalnya, memang
terkesan enteng. Namun pada momen tertentu, masalah enteng ini dapat saja
menjadi penghambat jika diabaikan
Di Organisasi, kamu akan
melihat dan merasakan langsung bagaimana berhadapan dengan struktur-struktur
dalam organisasi, bagaimana berhadapan dengan prosedur-prosedur baku dalam
organisasi, bagaimana pengurusan dan pengelolaan administrasi dalam suatu
organisasi.
Hal ini tidak hanya berlaku
untuk organisasi yang kamu ikuti, tetapi juga organisasi yang menjadi
partner/rekanan dari organisasimu. Bukankah kamu dapat mengintip langsung dan
belajar banyak darinya?
12. Belajar menjadi
pemimpin-memimpin sebuah tim
Ini erat kaitannya dengan
jabatan. Jika jabatan adalah posisi struktural, maka pemimpin adalah posisi
operasional. Ketua organisasi sudah jelas akan merasakan hal ini. Tapi tak
tertutup kemungkinan untuk belajar memimpin bagi pejabat-pejabat dibawahnya.
Menjadi ketua dalam sebuah
organisasi belum tentu menjadi pemimpinnya. Ada juga organisasi yang
menempatkan seseorang dalam posisi ketua, namun itu hanya jabatan formal. Ada
seseorang yang lain lagi yang mengontrol gerak organisasi tersebut, inilah yang
dimaksud dengan pemimpin
Dalam organisasi, biasanya
masih menganut “primus interpares“, siapa yang memiliki kecakapan paling bagus,
dialah yang dianggap pemimpin oleh organisasi tersebut.
Selain itu, dalam sebuah
organisasi seringkali dibentuk tim-tim kecil untuk menyelesaikan masalah secara
fokus. Tim ini akan dipimpin oleh satu orang atau lebih. Nah, disinilah pintu
untuk belajar memimpin terbuka lebar
Meski setiap orang adalah
pemimpin bagi dirinya sendiri, namun belum tentu dia bisa menjadi pemimpin bagi
orang lain disekitarnya. Di Organisasilah salah satu tempat untuk mengasah jiwa
kepemimpinan ini menjadi semakin matang.
13. Kemampuan untuk memahami
karakter orang lain
Bertemu, berkomunikasi, dan
berdiskusi dengan banyak orang dalam sebuah organisasi, maupun lintas
organisasi, perlahan kamu akan mempelajari berbagai karakter manusia.
Di organisasi, dimana
anggotanya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, punya tujuan pribadi
yang tidak sama juga misalnya, pemahaman terhadap karakter seseorang menjadi
sangat penting.
Memahami karakter sangat
berkaitan dengan masalah kepemimpinan. Seorang pemimpin dituntut mampu memahami
karakter yang dipimpinnya. Dengan mengetahui karakter inilah kemudian pemimpin
dapat mengetahui kecenderungan sikap, atau reaksi anggotanya.
Dengan mengetahui karakter,
kemudian pemimpin dapat mengambil langkah preventif (pencegahan) seandainya
terjadi suatu masalah dalam tubuh organisasi, maupun dalam hubungannya dengan
dunia luar
14. Kemampuan untuk menghargai
pendapat atau gagasan orang lain
Ada banyak ide yang muncul
dari beragam kepala manusia dalam sebuah organisasi. Menyatukan gagasan itu
menjadi sebuah keputusan bersama bukanlah hal yang mudah, meski itu adalah
sesuatu yang sangat mungkin
Dalam diskusi misalnya, ada
banyak pendapat yang dikeluarkan oleh masing-masing anggota. Tapi hanya satu
atau dua yang akan dijadikan keputusan organisasi. Disini kamu akan belajar
bagaimana menerima pendapat orang lain yang lebih baik, ataupun yang disepakati
oleh sebagian besar anggota lain
Pendapat yang baik menurut
kita, belum tentu baik menurut orang lain. Di Organisasi lah kita akan dilatih
menghadapi banyak ide. Menerima atau menolak adalah urusan pribadi kita.
Tetapi, seburuk apapun sebuah gagasan, kita harus menghargainya.
Jika pendapat itu baik, maka
kita terima. Jika pendapat itu buruk, maka kita tolak dengan dasar-dasar yang
benar (logis, rasional, empiris, faktual) dan lebih dapat diterima
orang lain.
Banyaknya diskusi dalam sebuah
organisasi akan melatih masing-masing anggotanya untuk menghargai
pendapat/gagasan anggota lain. Sebab, meski ada seribu gagasan, tetap yang
terbaiklah yang harus dijadikan keputusan, dan kita harus dapat menerima jika
seandainya pendapat kita tidak disepakati oleh orang lain
15. Kemampuan untuk berkorban-mendahulukan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
Berikut ini bukan kisah
sebenarnya, tapi saya rekayasa untuk menggambarkan poin diatas, mari kita simak
:
Misalkan :
“Ir. Soekarno dan Dr Moh Hatta
hanya memikirkan kepentingan pribadi (anggaplah popularitas, atau “cari nama”)
pada saat menandatangai teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
sehingga (dengan kesepakatan mereka berdua) di teks itu mereka tulis “Atas nama
Soekarno-Hatta” bukan “Atas nama bangsa Indonesia”
Kira-kira apa yang akan
terjadi? Bisa saja teks proklamasi itu tidak dianggap mewakili “Bangsa
Indonesia” kan? Bisa saja Jepang, atau Belanda mengklaim bahwa proklamasi itu
hanyalah pernyataan sektarian, bukan atas nama Bangsa Indonesia secara
keseluruhan. Mungkin saja”
Atau misalkan lagi :
“Para pejuang, para pahlawan
yang telah gugur melawan penjajah dulu memilih berkompromi dengan Penjajah
(Belanda, Jepang, Inggris, dsb). Mereka lebih memilih menyelamatkan harta
benda, keluarga, dan jiwa raga mereka sendiri. Toh, itu juga bukan tugas mereka
sendiri, jadi mengapa mereka yang harus jadi korban. Mengapa harus mereka yang
harus gugur berdarah-darah
Misal saja mereka berpikir
seperti itu? Barangkali Indonesia belum dinyatakan merdeka pada 17 Agustus
1945. Barangkali masih menunggu berapa generasi lagi hal itu bisa terjadi“.
Mungkin dua contoh diatas
terlalu jauh, mari kita lihat yang dekat-dekat saja. tentang organisasi dan ada
didekat kita..!
“Sebentar lagi kita akan
menyelenggarakan OSPEK. Kebetulan hampir disetiap kampus waktunya jatuh sekitar
seminggu setelah lebaran idul fitri. Idul fitri adalah saat-saat paling tepat
untuk berkumpul dengan keluarga. Melepas rindu, setelah lama tak bertemu
Andaikan saja : Panitia OSPEK
(mungkin hampir seluruhnya) lebih mengutamakan urusan pribadinya, yaitu
berkumpul bersama keluarga daripada urusan bersama, yaitu menunaikan tugas
sebagai panitia OSPEK pada H+7 Lebaran. Kira-kira apa yang akan terjadi?”
Ya, tentu saja semua
perencanaan akan kacau balau. Panitia tidak ada, siapa yang akan melaksanakan
kegiatan? Hancurlah tujuan bersama yang telah direncanakan jauh-jauh hari
Nah begitulah. Dalam
organisasi, masing-masing anggotanya dilatih untuk berkorban. Dilatih untuk
mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Semakin
banyak latihannya, maka orang yang tergabung dalam organisasi akan semakin
peka/sensitif pada urusan bersama.